Maka, Imam Asy-Syahid menyertai al-akh petani menuju ke rumahnya. Ia sangat tenang mendapat kunjungan Imam Asy-Syahid. Sesampai di rumahnya, ia menyuruh istrinya segera menyiapkan secangkir teh.
Al-Akh petani tersebut benar-benar bahagia. Imam Asy-Syahid meminum teh sambil tersenyum serta beramah-tamah berusaha menyenangkan hatinya. Setelah itu Imam Asy-syahid berpamitan dan al-akh petani itu pun menghantar beliau sampai bertemu dengan rombongan anggota Ikhwan yang telah menunggu.
Usai demikian, petani tua tersebut segera kembali ke rumahnya. Bergegas ia mangambil cangkir untuk meminum air teh yang tersisa. Akan tetapi, betapa ia sangat kaget setelah mengetahui ternyata teh yang disuguhkan bercampur dengan garam, bukan gula. Tetapi, ia heran bercampur bingung, sebab tiada air teh yang tersisa kecuali hanya bekas-bekasnya.
Dipetik daripada
Khozin Abu Faqih (2006) Bersama 6 Mursyid ‘Am Ikhwanul Muslimin, Auliya’ Press: Surakarta